[Novel] Not Mine


Mumpung gw libur, akhirnya ketujuh novel yang gw borong di obral buku Gramedia itu pun gw baca maraton. Yes, ini ripyu lagi hohoho.
Hasil gambar untuk not mine delia angela

Seperti biasa gw akan meneliti(?) kenapa bisa beli novel ini. Pertama, karena gw tau penulisnya. Gw seorang ELF dan ngebias Yesung-oppa berpotensi membuat lo kenal sama Delia Angela. Iyaaa… Clouds yang nulis Perfect Ten itu lhoo.

Kedua, sinopsisnya menarik; kisah cinta antara Om dan ponakan! Gw udah sering baca tema sejenis di FF (FanFiksi—fiksi tentang idola yang dibuat oleh fans) Indo yang tokohnya dari luar Indo, atau FF fandom Anime, dan gw penasaran gimana jadinya kalau cinta terlarang ini diceritain dari sudut pandang orang Indo, hehe.
Ketiga, cover-nya bagoooss :D Ada seorang cewek dan cowok yang dipisahkan rambu larangan (atau mungkin itu sebenernya rambu STOP yang dimiringin), yang entah dilarang ngapain karena belakangnya putih aja. Mungkin maksudnya dilarang putih. Oke, ini rambu kok rasis? /plak/. Font-nya juga diwarnai merah gitu jadi kesan ‘terlarang’nya kerasa banget. Dan bagian yang paling gw suka dari cover ini adalah… jeng, jeng, jeng! Keberadaan benang merah yang menghubungkan jari manis si cewek dan cowok huhuhu… sangat amat menggambarkan isi buku banget; dimana benang jodoh kedua insan ini malah kelilit di tiangnya si rambu rasis. Duh, nyesek banget nggak sih, jodoh terhalang seonggok tiang? /bukan/.

Ahem.

Yosh. Plastik dirobek, gw mulai membaca.

Plot dimulai dari si MC (Main Character), Nessa, yang tengah menyambut kedatangan sang Om kece dari London setelah menamatkan studinya. Disini kemudian Nessa merasakan yang namanya there’s butterfly in my stomach /ea/.

Setelah meragukan kewarasannya mencintai Om sendiri, malam harinya Nessa pun diajak ngobrol sama si Om karena dia masih jetlag, katanya. Di halaman 13 itu lah mereka saling mengobrol tentang apa saja. Oke. ‘Apa saja’ ini konteksnya banyak banget tapi sayangnya nggak satu pun ada yang dijelasin T__T nggak perlu lah pakai percakapan yang berbuntut panjang, menurut gw sesi ngobrol ini bisa diakali dengan penyebutan topik-topik yang mereka obrolin sehingga ‘apa saja’ ini jadi nggak mubazir dan terlewat begitu saja. Atau mungkin ini ada hubungannya sama batas words dari teenlit kali, ya? Hmm...

Hasil gambar untuk whatever gif

Di halaman selanjutnya, gw dikenalin dengan 3 tokoh lain yaitu sohib Nessa; Tasya dan Renata, yang sampai akhir novel pun gw nggak bisa ngebayangin ‘bentuk’ mereka itu kayak gimana. Begitu pula dengan tingkah maupun sifat mereka nggak dijabarkan, seolah mereka cuma eksis saat sedang bicara, sehingga gw pun menyimpulkan kalau peran mereka hanya sebatas ‘mengingatkan tokoh utama bahwa perasaannya salah’. Fix! Selamat datang di dunia NPC, Tasya dan Renata!

Tokoh ketiga adalah seoknum cowok berjudul Kevin—


(oh, haaaiii keeeeviiiinn—)

yang kebagian peran sebagai ‘penggemar berat’ Nessa. Kevin ini digambarkan annoying dengan selalu ngejar Nessa, ngasih bunga lah, nawarin tumpangan lah, anytime, anywhere. Oke. Gw mulai mencium hawa-hawa si Kevin ini bakal berhenti ngejar-ngejar Nessa hingga nantinya Nessa sendiri yang notice dia -__- Yang gw kesian dari si Kevin ini adalah kekurangan dia. Gw lupa di halaman berapa, yang jelas antara Tasya atau Renata sempat ngomong kalau kekurangan Kevin adalah dia setahun, SETAHUN lebih muda dari Nessa.

Wait.

Gambar terkait

WHATT??

Gambar terkait

Hmmm… ini sungguh membingungkan gw. Sejak kapan berondong termasuk dalam kekurangan? Jadi cewek-cewek nggak boleh pacaran sama cowok yang lebih muda, gitu? Hmmm… bagi gue ini malah kayak cari-cari alasan aja buat nggak nerima si Kevin ini dijadiin pacar. Kenapa Nessa nggak bilang aja kalau dia emang nggak bisa suka orang lain saat temen-temennya bertanya “Kenapa lo nggak suka Kevin aja?”? Kenapa harus menyalahkan umur Kevin? Kesian banget si Kevin ini… sabar yah /pukpuk/.

Hasil gambar untuk pukpuk gif

Dijelasin juga kalau Nessa itu suka menggambar dan dia udah suka baca komik sejak SD. Sayangnya, di sepanjang cerita gw nggak menemukan satu pun adegan Nessa yang lagi baca komik. Yang ada cuma adegan dia menggambar OC (Original Character)—yang mirip si Om. Selain itu… nope. Seolah hobinya ini dibuat cuma untuk memberi waktu Nessa sendiri aja selama di sekolah. Ini agak wasted tapi gapapa lah. Btw, manga itu komik Jepang. Kalau komik Korea dinamakan manhwa, bukan manga.

Tiba di halaman 26, gw dikenalkan dengan 2 tokoh lagi; Martin si jurnalis dan Tika si cewek populer. Ada dua hal yang bikin gw naikin alis disini; pertama, kenapa pengurus mading memilih topik semacam ‘cewek populer sok berkuasa’ buat diliput? Kenapa bukan murid berprestasi, kebijakan sekolah, atau yang semacam itu? Apakah mading selalu terbatas pada berita yang bakal banyak dibaca—seburuk apa pun kualitas beritanya? Well, gw inget banget mading SMA gw dulu isinya berita bermutu, humor, puisi, cerpen, dan tetep banyak yang baca kok. Mungkin kegiatan gaje si Martin ini ditujukan agar pembaca juga bisa sekalian kenalan sama Tika, but masih ada banyak jalan lain yang lebih keren, menurut gw. 

Kedua, karakter Tika digambarkan kayak anak populer sinetron kebanyakan. Plus, statusnya sebagai anak KepSek juga semakin membuat gw nggak respek sama kehidupan sosial di sekolah ini (anaknya dibiarin semena-mena gitu berarti KepSek-nya nggak tegas dong, ya). Sejujurnya gw boring dengan karakter macam Tika, soalnya peran dia jelas cuma satu; mem-bully si MC. Berani taruhan, pasti nanti ada adegan pembulian by Tika to Nessa. Pasti.

Kemudian, pembahasan tentang Super Junior terlalu banyak. Untung gw ELF, jadi gw ngerti mereka ngomong apa. Tapi apa yang terjadi pada non-ELF, atau paling banter; non-Kpopers? Mereka mungkin bertanya-tanya SuJu itu apa, SuShow itu gimana, Donghae-Yesung-Kangin itu siapa, karena nggak ada penjelasan tentang hal itu. Nggak usah panjang-panjang lah, cukup ‘boyband Korea beranggota 13 yang sedang naik daun’ atau apalah. Gw pribadi nggak mempermasalahkan topik SuJu ini diangkat di Not Mine, tapi nggak usah berlebihan juga. Kalau gw nggak salah inget, ada sekitar 5-6 scene yang mengandung SuJu, yang sejujurnya bagi gw scene tersebut lebih baik dihilangkan karena nggak mendukung cerita (alias murni cuma buat fangirling penulisnya aja).

Di halaman 32, gw dikejutkan lagi dengan pernyataan kalau si Om lumayan suka Kpop. Oke, premis ini bisa diterima dan bisa dijadikan premis baru kalau si Om ini orangnya juga oke diajak fangirling-an. Tapiii… setelah itu nggak ada lagi tuh, si Om ngebahas Kpop. Kalau kayak gini konteksnya, meskipun gw ELF, rasa-rasanya mendingan topik SuJu ini nggak pernah diangkat sama sekali sejak awal.

Halaman selanjutnya, Tasya-Renata tau-tau udah tau aja kalau si Nessa naksir Om-nya sendiri. Jujur gw kecewa kenapa Nessa-nya mau ngaku secepat itu T__T padahal dia bisa ngelak kalau dia bikin OC mirip Om karena Om-nya keren, dan peluk-peluk OC-nya sendiri karena dia sayang Om-nya. Wajar, kan? Justru yang nggak wajar itu malah Tasya-Renata yang langsung bisa berkesimpulan kalau Nessa suka sama si Om. Kalau gw jadi Tasya/Renata dan menangkap basah temen gw berkelakuan kayak Nessa, kesimpulan awal gw ya pasti karena temen gw sayang banget sama Om-nya. Nah, karena rahasia Nessa terbongkar dengan cepat, maka peran Tasya-Renata sebagai alarm pengingat pun juga bisa dimulai dengan cepat. Padahal menurut gw bakal lebih seru kalau Nessa bisa mencintai Om-nya sambil menyembunyikan perasaannya dari semua orang. Kan tegang banget tuh, wkwk /maunya lo aja itu mah/.

Lanjut ke halaman 37, Nessa akhirnya mengalami patah hati pertamanya saat nguping pembicaraan si Om sama pacarnya via telpon. Ini lumayan ngasih efek kejut ke gue karena nggak ada angin nggak ada ujan tiba-tiba si Om punya yayang. 

Btw, ada satu scene yang bikin gw ngakak. Di halaman 39, saat si Om mengobati kakinya Nessa, tiba-tiba muncul sesosok pembantu rumah tangga yang lagi nyuci piring! Itu pas baca gw spontan tereak “SEJAK KAPAN?!”

Hasil gambar untuk shock gif


Pasalnya dari awal cerita, si Mbok Ati alias pembantu rumah tangga ini nggak pernah ada, gaes. Pantes nggak, sih, kalau gw berasumsi bahwa manusia di rumah itu cuma Nessa dan si Om? Lah, terus kenapa tiba-tiba ditambah lagi? Ini sumpah gw bingung antara penulisnya memang lupa menghadirkan manusia lain di rumah itu atau memang gw-nya aja yang bego karena menganggap itu rumah bisa diurus seorang Kpopers dan Om tamvannya doang.

Bagi gw, permasalahan tokoh ini sangat penting… bahkan jika tokoh itu cuma numpang lewat. Di awal bisa kok Mbok Ati-nya dikenalkan pas si Om memasuki rumah… trus si Mbok ngebawain kopernya. Atau pas sarapan, makan siang, makan malem, dan banyak momen lainnya. Keberadaan si Papah juga nggak gw tangkep disini. Apakah dia tinggal di rumah lain atau gimana, intinya yang gw temuin di rumah itu cuma eksistensi si Om dan ponakannya aja, yang lain tak lebih dari butiran debu. Apakah ini ada hubungannya dengan words count? Kalau iya, mending scene fangirling-nya diganti pakai scene kebersamaan ayah-anak atau keakraban Nessa dan Mbok Ati, meski hanya percakapan kecil. Kalau kayak gini, gw jadi nggak bisa menangkap kehidupan sosial Nessa dengan orang sekitarnya. Jadi wasted banget.

Lanjut. Halaman 48, pas Nessa dan si Om maen ke DuFan, tiba-tiba ada reporter majalah yang mau interview mereka karena mengira mereka pasangan. Si Nessa pun iseng pengen masuk majalah, padahal aslinya modus pengen jadi pacarnya si Om meski hanya pura-pura. Si Om pun menyetujui keisengan ponakannya ini. “Biarlah hari ini kucurahkan semua keinginan terpendamku…” begitu kira-kira kata hati Nessa, yang artinya disini dia bakal asyik ‘terbang’ dan melupakan status Om-ponakan yang selama ini menghalanginya. Tapi apa? Dia nggak ‘terbang’ sama sekali. Nggak ada penjelasan gesture mesra, kata-kata ala pasangan yang bikin bahagia, ekspresi bahagia (meski pura-pura), bahkan pertanyaan reporternya cuma satu dan—BOOM! Scene dilanjutkan ke sesi galau bersama Super Junior.

Disini gw mulai nggak suka dengan pola roller coaster perasaannya Nessa. Harusnya ‘kan, dia diterbangin dulu tinggi-tinggi dengan momen-momen indah bareng si Om, kemudian dijatuhkan gitu aja kala mengingat status Om-ponakan yang mengikat mereka. Tapi sampai akhir, justru perasaan bahagia itu hanya dijelaskan secuil, sementara perasaan patah hatinya dijelaskan panjang lebar. Sayang sekali bahkan secuil kebahagiaan Nessa pun harus rela dicuri demi memuaskan fangirling-an penulis—yang sangat amat nggak relevan untuk plot utamanya.

Masih ada sekitar 200 halaman lagi. Memasuki halaman 53, GW MENANG TARUHAN GAES! HAHAHAHAH… si Kevin, iya Kevin yang timun laut itu—akhirnya beneran ignore sama Nessa, berubah jadi orang lain hingga Nessa sendiri keheranan. Sip, program senpai notice me-mu berhasil, nak Kevin. Lanjutkan!

Next ke 2 halaman selanjutnya, gw dikejutkan dengan penjelasan latar di kalimat ini; “Kumanfaatkan jam istirahat kedua untuk menggambar di tepian danau belakang sekolah.”

“… menggambar di tepian danau belakang sekolah.”

“… danau belakang sekolah.”

…. gimana???

Hasil gambar untuk wtf meme

Wait—ini Jakarta, kan? SMA DI JAKARTA MANA YANG ADA DANAU DI BELAKANG SEKOLAHNYA WKWKWK.

Masuk ke halaman 74, gw menemukan lagi hal yang nggak realistis. Si Om, yang kuliah di luar negeri, yang kuliahnya entah di bidang apa tapi gw yakin ada hubungannya ama bisnis, tiba-tiba jadi guru KIMIA pengganti di sekolahnya Nessa! 

Di dunia nyata, musti melalui banyak prosedur dulu sebelum bisa jadi JARTI. Meanwhile di novel ini mah, tinggal dateng ke sekolah pake jas doang wkwkwkwkwk ini sekolah sebenernya ada aturannya gak sih wkwkwkwkwkwk kocak.

Kemudian di halaman 79 gw nemu lagi hal yang bikin terganggu. Si Tika ini, iya si anak KepSek, digambarkan suka bully orang demi mencapai tujuannya—yaitu tidak lain tidak bukan; c-o-w-o-k (c’mon, apa sih yang lo harepin dari teenlit?). Oke, dijelasin segitu doang udah bisa menghilangkan respek gw ke Tika. Masalahnya adalah line ini nih; “Wajah cantik tapi otak kosong melompong—cenderung minus!” (hal. 79).

Tarik napas. Hembuskan. Haaahh…

Hate the sin, not the sinner. Jadi dengan banyaknya cacian dan makian DALAM HATI by Nessa to Tika, sorry to say—respek gw ke Nessa langsung hilang. 

Lanjut ke halaman 83, gw pun ngakak lagi dengan pernyataan kalau Nessa bela-belain turun dari mobil Om-nya sepuluh meter dari gerbang sekolah supaya orang lain nggak tau kalau mereka itu Om dan ponakan. Sepuluh meter dari gerbang sekolah. SEPULUH METER, MAMEN! Itu deket banget yatuhaaaaaan! /geregetan/. Segini nih:


Plis, Nessa, dikau keluar dari mobil! M-O-B-I-L! Cuma orang buta yang nggak bisa ngeliat seonggok mobil dalam jarak 10 meter 😂

Lanjut. Beberapa halaman kemudian prediksi gw tentang peran si Tika akhirnya kejadian. Dia mulai mem-bully Nessa yang sayangnya ketahuan si Om dan sayangnya lagi teguran si Om kepada Tika ini nggak dijelasin padahal gw kepo berat. Gw sempet bilang kalau gw boring dengan tokoh semacam Tika. Untuk nge-bully si MC, nggak harus selalu dengan karakter sinetron macem Tika. Latar belakang kenapa Nessa bisa di-bully ‘kan karena majalah yang dulu interview dia itu kesebar di sekolah pas si Om jadi guru pengganti. Bisa kok dibikin satu-dua murid yang menyindir Nessa tentang jawaban-jawaban ambigunya di interview majalah itu, atau nyindir Nessa karena pacaran sama guru. Hukuman sosial kayak gitu menurut gw lebih berefek daripada gertakan seorang Tika yang cuma bilang, “Jauhin Pak Rafael! Dia milik gue!”. Cuih, dangkal dan nggak beralasan. Terlalu sinetron. 

Di halaman 102 ke atas, kemping sekolah dimulai. Disini ada scene ngenes Nessa yang niatnya kabur tapi malah berakhir tersesat. Gw pun baru sadar kalau sepanjang cerita nggak ada penjelasan tentang fungsi HP selain buat nerima SMS si Om di Bab 1. Hmmm… ini juga nggak realistis. Remaja yang hidup di kota se-modern Jakarta, remaja kaya macem Nessa ini, kok bisa sih nggak bawa HP kemana-mana? Oke, ini mungkin jadi premis yang bagus buat Nessa supaya nggak bisa kembali ke perkemahan sehingga si Om harus menaiki gunung melewati lembah buat mencari kitab suci ponakannya ini, tapi harusnya kalau kayak gitu, minimal ada lah kalimat semacam “Mana HP gue taruh di tas, lagi!”. Jadinya ‘kan ada alasan kuat kenapa remaja labil semacem Nessa bisa-bisanya nggak bawa benda terpenting di abad 21.

Fyuuh…

Untungnya gw bisa nahan rasa boring dan tetep lanjut baca. Untung banget. Karena setelah halaman 118, gw akhirnya dipertemukan dengan plot menarik yang gw tunggu-tunggu! Fix! Scene halaman 119 ke atas adalah scene paporit gw!

(finallyyyyyyy)

Adegan setelah halaman 119 ini bener-bener bikin gw penasaran sehingga tanpa sadar gw terus membalik halaman novelnya dengan cukup excited. Hanya ada 2 sticky notes aja yang gw tempelin sepanjang halaman 119 sampai ending; pertama, setelah Nessa ke luar negeri, temen-temen masa SMA-nya nggak satu pun dibahas lagi. Kedua, bagaimana bisa Alice dianggap wanita ideal sementara ia menggunakan cara curang buat dapetin si Om? Untungnya kemudian Alice digambarkan berkepribadian baik, sehingga gw nggak mengecap si Nessa terlalu dangkal karena mengukur kesempurnaan lewat fisik.

Itu aja sih, selebihnya lumayan. Gw nggak akan spoiler banyak, karena scene 119 ke atas ini lumayan worth lah buat dibaca, menarik! Gw suka alurnya, scene emosionalnya juga semakin kuat, dan lo nggak bakal tau ending-nya gimana sebelum lo baca sendiri. Keren!




Fuaaah! Sekian protesnya. Secara keseluruhan, Not Mine ini alurnya kecepetan, menurut gw. Apakah ada hubungannya sama words count, gw nggak tau. Awal ceritanya boring, tapi memasuki klimaks sampai ending itu lumayan seru. Tokoh-tokoh di novel ini sayangnya bukan tipe tokoh yang bakal gw inget terus, karena karakterisasinya nggak kuat. Banyak adegan yang nggak rasional, dan untuk ukuran novel romansa, ini kurang cheesy. Terlalu banyak emosi patah hati, ada banyak scene keju tapi nanggung sehingga kejunya meleleh gitu aja. Akan ada banyak bahasan tentang Super Junior, jadi bagi non-Kpopers gw harap bisa bersabar, wkwk.

Selebihnya, gw lumayan suka Not Mine. Kalau mbak Delia nulis romansa lagi sepertinya gw nggak akan beli, tapi kalau mbak Delia nulis genre lain… mungkin akan gw pertimbangkan, hehe.


Bacaan ringan yang cukup menghibur. Makasih udah nulis ini, mbak! :D


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Kompilasi Komik] PERMEN

[KumCer] Tales from the Dark

[Novel] The Dead Returns