[FILM] 27 Steps of May
Sangat berbeda dari biasanya, kali ini gue mau review film.
27 Steps of May. Film ini dirilis di kota gue tanggal 27 April, dan tanpa pikir panjang langsung gue tonton karena review yang sangat amat super duper bagus dari WatchmenID yang gue follow di Twitter.
Ekspektasi gue tentu tinggi dong ya setelah disanjung-sanjung sebegitu hebat oleh Watchmen.
Kalau dipikir-pikir, sebenarnya ini curhat sih ya daripada review. Soalnya gue nggak akan banyak mengomentari filmnya, tapi apa yang gue rasakan pas nonton.
Jadi 27 Steps of May ini ceritanya tentang May yang sewaktu SMA kena pelecehan seksual pas mau pulang ke rumahnya. Sejak saat itu, 8 tahun lamanya May nggak mau keluar kamar, bahkan pas ada kebakaran pun, hingga bapaknya harus maksa dia keluar, May tetep nggak mau.
Film ini menceritakan bagaimana May pulih perlahan-lahan dengan bantuan tak terduga melalui lubang kecil di dinding, yang membawanya bertemu dengan sosok Pesulap, orang yang mengembalikan warna di hidupnya.
#1 SINEMATOGRAFI
Salah satu film Indonesia dengan sinematografi terbaik sih kata gue. Sangat memanjakan mata banget. Sudut pengambilan gambar, pencahayaan, semuanya dapat memberi ruang buat emosi tiap karakternya tuh muncul.
Karena film ini juga tidak banyak dialog alias simbolik, penonton jadi mengandalkan gambar saja buat memahami filmnya. Dan kata gue sih ini berhasil banget. Nyeseknya ngena. Apalagi waktu May awalnya nggak mau makan makanan selain warna putih, lama-lama mau nyoba makanan berbumbu (berwarna). May yang awalnya bikin pola baju yang sama, mulai bikin pola baru. Itu menarik banget sih.
#2 KARAKTER
Nggak banyak, tapi bikin penonton pada inget. Gue bahkan inget sama 'orang pinter' yang dibawa sama si Kurir itu. Bener-bener berkesan semua sih karakternya. Akting Raihaanun sebagai May juga luar biasa banget sih, terutama pas dia ngasih tau si Pesulap masa lalunya dengan bahasa tubuh doang.
#3 PLOT
Nah ini.
Dari awal ke pertengahan plotnya memang lambat banget sih. Wajar lah, pemulihan dari trauma kan memang prosesnya lama. Dan selama hampir setengah film itu kayak ngulang adegan yang sama dengan beberapa improve (kalau kata si Kurir mah 'progress'). Bosan? Hampir. Untung aja diselipin humor-humor ringan sampai akhirnya May ketemu si Pesulap.
Mulai bagian ini, gue mulai ikut curious sama sosok si Pesulap ini, dan trik-trik baru yang dipelajari May. Sampai kemudian klimaksnya, dimana May kembali diingetin sama traumanya dan itu juga berpengaruh sama bapaknya, sama si Pesulap, sama si Kurir, dan akhirnya si Kurir udah nggak tahan lagi, dia meledak.
"Udah kejadian!"
Ledakan emosi yang menohok hati banget.
"Udah kejadian! Di luar kendali lu!"
Kurir yang selama ini santai aja tiba-tiba meledak kayak gitu, bikin kita ikut tertampar dan banyak yang nangis sih gue lihat. Gue sendiri ngerasa mata gue berair.
Itu bener-bener epic sih menurut gue. Gue udah nggak sabar lihat gimana endingnya. Pasti lebih epic.
Tapi ternyata, enggak sesuai ekspektasi.
Gue udah menduga May bakal ngomong ke bapaknya dan melangkah keluar kamar, tapi bukan kayak yang di film yang gue bayangkan. Ekspektasi gue tuh, May bakal liat-liatan dulu sama bapaknya, kemudian pelan-pelan mendekat, dan dengan gagap, struggle tapi berusaha keras, dengan seluruh hatinya, berkata lirih, "Bu-bukan... sa-salah bapak..."
Tapi ternyata tidak. May justru ngomong dengan lancarnya. Seolah-olah diamnya selama ini nggak berpengaruh ke suaranya. Seolah-olah selama ini dia nggak kesulitan berbicara.
Gue juga udah membayangkan adegan di mana May keluar kamar pelan-pelan, berhenti sebentar, mengambil napas, melangkah lagi, sampai tiba di langkah ke-27, dia akhirnya memandang lagi matahari. Bakalan haru banget tuh.
Tapi ternyata tidak. May justru melangkah mantap, bahkan sampai ke luar RUMAH. Seolah kamarnya bukan apa-apa. Seolah-olah selama ini dia tidak pernah kesulitan keluar dari sana.
Di mata gue, May bukan lagi sosok yang 'memulihkan diri', tapi May sudah 'terlahir kembali'. Sosok yang benar-benar baru, yang bahkan tidak ingat akan traumanya selama ini.
Gue jujur agak kecewa karena ekspektasi gue tuh tinggi banget, apalagi film ini sangat amat disanjung banget sama WatchmenID. Bagus memang, segala aspeknya, tapi emosi menuju ending yang ekspektasi gue bakal overwhelming tuh gue nggak dapet sama sekali.
Banyak review yang bilang mereka nangis. Gue enggak. Cuma berair aja, tapi nggak sampai netes. Mungkin karena gue udah pernah baca cerita yang serupa, yang jauh lebih pedih, atau mungkin karena gue memang heartless.
Komentar
Posting Komentar